Senin, 09 Maret 2015

identifikasi masalah dan pengelolaan DASWanggu



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Makalah dengan judul “Identifikasi Masalah dan Pengelolaan DAS Wanggu’’ ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan harapan.
            Penulis mengharapkan agar dengan adanya makalah ini para pembaca dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan baru yang dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifanya membangun demi penyempurnaan makalah tersebut.



                                                                                                Kendari,     Maret 2015

                                                                                                      Penulis









BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang  
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yaitu merupakan tempat tertinggi (punggung bukit) sehingga air hujan yang jatuh didalamnya akan selalu menuju tempat hilirnya (bagian yang lebih rendah). Wilayah DAS meliputi bagian hulu sampai hilir sungai, dan dapat berupa wilayah pemukiman, wilayah lindung, wilayah budidaya, dan lain-lain. 
Di wilayah Das Wanggu yang di dalamnya mencakup daerah hulu Sungai Wanggu Kota Kendari dalam perkembangannya telah terjadi kerusakan lingkungan yang mengkhawatirkan yang disebabkan oleh berubahnya tata guna  lahan. Perubahan tata guna lahan ini diakibatkan karena adanya pengrusakan hutan. Kerusakan vegetasi, baik kerusakan hutan maupun vegetasi penutup yang disebabkan oleh alam maupun manusia, menyebabkan luas hutan dan vegetasi menjadi semakin berkurang sehingga mengakibatkan terkikisnya lapisan atas tanah yang banyak mengandung unsur hara untuk kesuburan dan kestabilan tanah maka ketahanan tanah terhadap erosi, dan kemampuan tanah dalam menyerap air menurun. Erosi yang disebabkan kerusakan vegetasi penutup tersebut menyebabkan bahaya terhadap longsoran tanah yang merupakan sumber endapan sedimen jika masuk ke dalam aliran air. Erosi di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) menyebabkan pengendapan material/sedimen maka sering disebut dengan sedimentasi.
Sedimentasi sendiri adalah proses pengangkutan dan pengendapan material tanah/ kerak bumi yang disebabkan oleh penurunan kualitas lahan. Sedimentasi dapat menyebabkan pendangkalan sungai, saluran-saluran irigasi, muara-muara sungai dibagian hilir, dan dapat merusak penampang sungai.
1.2 Rumusan Masalah
          Adapun yang menjadi permasalahan yang bisa di angkat dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut.
1.Bagaimana mengatasi vegetasi hutan maupun vegetasi penutup yang disebabkan oleh alam maupun manusia mengakibatkan terjadinya perubahan tata guna lahan sehingga terjadi erosi lahan yang sangat tinggi yang mengakibatkan rusaknya daerah tangkapan air dan menghilangnya lapisan tanah atas oleh proses erosi yang melampaui ambang toleransi.
2. Pendangkalan Teluk Kendari akibat sedimentasi oleh sungai Wanggu
3. Pendangkalan sungai wanggu akibat sedimentasi, menyebabkan berkurangnya kemampuan sungai untuk menampung debit sungai pada saat musim hujan sehingga berdampak pada banjir.
1.3 Tujuan
     Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.  Penanggulangan sedimentasi pada aliran Sungai Wanggu yang menuju teluk Kendari karena daerah tangkapan air di hulu semakin kritis disebabkan perubahan tata guna lahan DAS Wanggu
2. Menunjang langkah konsevasi lahan, memperlambat laju sedimen selama kegiatan konservasi lahan berjalan.


BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Gambaran Umum DAS Wanggu
Secara Geografis, Muara Sungai Wanggu Teluk Kendari terletak disebelah utara pegunungan Nipa Nipa, disebelah Utara barat ada pegunungan Nanga Nanga, dan sebelah timur ada pemukiman yang Madonga dan Wua Wua yang semuanya merupakan dataran tinggi. Jadi jika kita lihat dari sudut pandang tertentu, lokasi ini mirip seperti wajan penggorengan karena posisi muara sungai ini terletak didataran rendah sedangkan daerah disekitanya berada didataran yang lebih tinggi daripada muara sungai.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8CuyzIos_nX4v7MxWyqav7EmOayKDoZ4aHt7OqhQwytYv5PcYQoXL5iiDQc1nwYIC-pTfPHxZFwKoBC8vZRuorhJPYKi_P73aEXrLiScGOtbxvX9cjoPd8H9_So0Wmdf2ZBnf5Jd094kq/s320/15.jpg
Luas Delta yang terbentuk di muara sungai wanggu teluk kendari ini menurut LA ODE ALWI dalam disertasinya adalah sekitar 923,4 ha, yang masih akan bertambah luas lagi karena load sediment yang dibawa oleh sungai wanggu dan 8 anak sungainya masih relative tinggi yakni 357.810,59 ton pertahun.
1.2  Teluk Kendari Dan Sedimentasi
Teluk kendari ini merupakan tempat bermuara daari sekitar 10 sampai 18 Sungai. Teluk Kendari saat ini telah dalam masa kritis karena terjadi pendangkalan besar besaran dengan laju pendangkalan sekitar 0,207 meter pertahun. Laju pendangkalan ini adalah hasil dari sumbangan 3 sungai yang membawa sediment load terbesar yakni sungai Wanggu, Sungai Madonga, dan Sungai Kambu yang setelah diakumulasikan jumlah load sedimennya adalah 1.330.281 meter3 pertahun.
Sedimentasi  adalah  masuknya  muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu,  melalui  media  air  dan  diendapkan didalam  lingkungan  tersebut.    Sedimentasi yang  terjadi  di  lingkungan  Teluk  menjadi persoalan  bila  terjadi  di  lokasi-lokasi  yang terdapat  aktifitas  manusia  yang membutuhkan  kondisi  perairan  yang  dalam seperti,  pelabuhan,  dan  alur-alur  pelayaran, atau  membutuhkan  kondisi  perairan  yang jernih  seperti  tempat  wisata,  ekosistem terumbu karang.
Sedimentasi di suatu lingkungan teluk terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen  yang tinggi  di  lingkungan  teluk.   Suplai  muatan sedimen  yang  sangat  tinggi  yang menyebabkan  sedimentasi  itu  hanya  dapat berasal  dari  daratan  yang  dibawa  ke  teluk melalui  aliran  sungai.   Pembukaan  lahan  di daerah  aliran  sungai  yang  meningkatkan erosi  permukaan  merupakan  faktor  utama yang  meningkatkan  suplai  muatan  sedimen ke muara di teluk.  Selain itu, sedimen dalam skala  yang  lebih  kecil  dapat  terjadi  karena transportasi sedimen sepanjang teluk.
Karakteristik  sedimentasi  di  perairan  teluk terjadi  perlahan  dan  berlangsung  terus menerus selama suplai muatan sedimen yang tinggi  terus  berlangsung.  Proses  sedimentasi berlangsung terus berlangsung selama suplai muatan sedimentasi yang banyak dari daratan masih terus terjadi.
Sedimentasi  di  Teluk  Kendari  terus meningkat  dari  tahun  ke  tahun,   sehingga terjadi  pendangkalan,  terutama  di  muara Teluk  Kendari  dimana  telah  terjadi  daratan yang membentuk delta yang mengakibatkan kelak  akan  terjadi  penutupan  muara. Pendangkalan  ini  disebabkan  oleh sedimentasi  dari  aliran  sungai-sungai  yang bermuara di teluk Kendari, terutama sungai Wanggu  yang  mempunyai  peranan  sebagai pembawa sedimentasi terbesar.
Diketahui  dari  hasil  penelitian  Balai Penelitian  Daerah  Aliran  Sungai  (BP-DAS) Sampara  menyebutkan,  dalam  kurun  waktu 13  tahun  terakhir  terjadi  pendangkalan  di Teluk  Kendari  seluas  101,8  hektar  dan kedalaman  laut  berkisar  9  meter  sampai  10 meter.  Luasan  wilayah  teluk  ini  menyusut dari  semula  1.186,2  hektar  menjadi  1.084,4 hektar pada tahun 2000.
DAS  Wanggu  dan  delapan  DAS  mikro  di  sekitarnya  dengan  luas  ± 45.377,3  ha  memiliki fungsi penting dan peranan  strategis  di Sulawesi Tenggara karena  bermuara  di teluk Kendari dan secara administrasi meliputi  Kab.  Konawe Selatan,  Konawe  dan  Kota  Kendari  (BPDAS  Sampara,  2005).   Salah  satu peranannya  yang  sangat  vital  adalah  sebagai  penyangga  teluk  Kendari.  Teluk Kendari merupakan pelabuhan PELNI,  pelabuhan Rakyat, pusat  kegiatan  latihan PODSI SULTRA dan areal penangkapan ikan bagi nelayan kota Kendari (BPDAS Sampara,  2008).  Disamping  itu,  dibagian  hilir  terdapat  kota  Kendari  yang merupakan  pusat  pemerintahan,  pendidikan  dan  perekonomian.  Di  bagian  hulu merupakan sumber air bersih  bagi  warga di wilayah DAS Wanggu dan  air irigasi sawah seluas 3500 ha di  kecamatan Konda, Poassia dan Ranomeeto.  Di wilayah DAS ini juga terdapat sarana Bandar udara Provinsi Sultra.  Pentingnya  peranan DAS Wanggu tersebut,  perlu didukung oleh upaya pengelolaan dan pemeliharaan fungsi  DAS dalam memelihara kelestarian fungsi hidrologi DAS, meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan    serta  kelestarian  teluk Kendari. Selain itu,  juga  diperlukan  dukungan  kebijakan  penggunaan  lahan  alternatif  di  DAS Wanggu,  khususnya  penggunaan  lahan  dan  agroteknologi  yang  dapat  menjamin kelestarian ekologis, dan secara ekonomi dapat memenuhi kebutuhan hidup layak petani dan keluarganya.
Aktivitas di sekitar DAS yang bermuara ke Teluk Kendari secara langsung maupun tidak langsung menjadi kontributor terbesar pendangkalan teluk. Terutama aktivitas yang tidak ramah lingkungan seperti penebangan kayu maupun anakan kayu di hutan, pertambangan pasir, serta konversi kawasan mangrove menjadi tambak maupun industri dan pertokoan yang secara langsung mempercepat pendangkalan
1.3  Penaganan Terhadap Kerusakan DAS Wanggu
Permasalahan  yang  yang  terjadi  di  Teluk  Kendari tidak  terlepas  dari  pengaruh  wilayah  di  atasnya. Dalam  hal  ini  maka  penanganan  teluk  ini  harus bersama-sama antar Kota Kendari dan Kabupaten Konawe  Selatan.  Untuk  itu  maka  penanganan teluk  ini  tidak  bisa  hanya  didasarkan  atas  batas wilayah  administratif,  tetapi  harus  menggunakan unit  wilayah  DAS.  Hal  ini  sesuai  dengan  UU  No  7 Tahun  2004 tentang  Sumber  Daya  Air  khususnya pasal 12 yang menyatakan bahwa Pengelolaan air permukaan  didasarkan  pada  wilayah  sungai. Wilayah  sungai  adalah  kesatuan  wilayah pengelolaan  sumber  daya  air  dalam  satu  atau lebih  daerah  aliran  sungai  (DAS).  Teluk merupakan  salah  satu  dari  sumber  daya  air. Konsep dasarnya adalah kondisi, pengelolaan dan pengembangan  suatu  teluk  tidak  terlepas  dari pengaruh  daerah  atasnya.  Selain  itu  juga didasarkan atas pemikiran bahwa secara emperis, terdapat keterkaitan ekologi (hubungan fungsional) antara kawasan teluk dengan daratan (lahan atas).
Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan telah dilaksanakan namun hasilnya belum sebagaimana yang diharapkan, maka untuk itu upaya ini terus dilakukan sampai sekarang dengan berbagai pola dan tekhnis kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan harapan laju degradasi hutan dan lahan dapat diminimalkan. Sejalan dengan upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang terus digalakan melalui tahapan kegiatan perencanaan, pelaksanaan baik pembinaan, monitoring dan evaluasi diperlukan ketersediaan data dan informasi yang akurat, tepat waktu konsisten dan lengkap sebagai bahan pengendalian dan penetapan kebijakan lebih lanjut.
Selain itu, pengeloaan DAS Wanggu ini bukan sekedar hanya tanggungjawab dari birokrasi yang bersanggkutan saja akan tetapi menjadi tugas bersama. Diperlukan  kerja sama yang baik dari masyarakat, sehingga semua yang berkaitan dengan pengelolaan DAS bisa terlaksana dengan baik dan sesuai dengan harapan yakni terciptanya DAS yang lestari dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.










BAB III
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
Dalam pengelolaan DAS Wanggu harus di perlukan konsep yang sangat matang. Oleh karena itu kerjasama yang baik antara birokrsi, pemerintah dan masyarakat harus di jadikan landasan utama dalam pengelolaanya. Penyebab kerusakan DAS Wanggu bukan semata-mata  karena akibat dari masyrakat yang merusak hutan, akan tetapi kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyrakat yang berada di sekitar DAS Wanggu. Sehingga menurut penulis Pengelolaan DAS berbasis masyrakat perlu di terpakan untuk permasalahan ini.