KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT. karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan
Makalah dengan judul “Identifikasi Masalah dan Pengelolaan DAS
Wanggu’’ ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan harapan.
Penulis mengharapkan agar dengan
adanya makalah ini para pembaca dapat memperluas wawasan dan menambah
pengetahuan baru yang dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifanya
membangun demi penyempurnaan makalah tersebut.
Kendari, Maret 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan
daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung
air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana semua airnya mengalir ke
dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas
topografi, yaitu merupakan tempat tertinggi (punggung bukit) sehingga air hujan
yang jatuh didalamnya akan selalu menuju tempat hilirnya (bagian yang lebih
rendah). Wilayah DAS meliputi bagian hulu sampai hilir sungai, dan dapat berupa
wilayah pemukiman, wilayah lindung, wilayah budidaya, dan lain-lain.
Di wilayah Das Wanggu yang di dalamnya
mencakup daerah hulu Sungai Wanggu Kota Kendari dalam perkembangannya telah
terjadi kerusakan lingkungan yang mengkhawatirkan yang disebabkan oleh
berubahnya tata guna lahan. Perubahan
tata guna lahan ini diakibatkan karena adanya pengrusakan hutan. Kerusakan
vegetasi, baik kerusakan hutan maupun vegetasi penutup yang disebabkan oleh
alam maupun manusia, menyebabkan luas hutan dan vegetasi menjadi semakin
berkurang sehingga mengakibatkan terkikisnya lapisan atas tanah yang banyak
mengandung unsur hara untuk kesuburan dan kestabilan tanah maka ketahanan tanah
terhadap erosi, dan kemampuan tanah dalam menyerap air menurun. Erosi yang disebabkan
kerusakan vegetasi penutup tersebut menyebabkan bahaya terhadap longsoran tanah
yang merupakan sumber endapan sedimen jika masuk ke dalam aliran air. Erosi di
sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) menyebabkan pengendapan material/sedimen
maka sering disebut dengan sedimentasi.
Sedimentasi sendiri adalah proses
pengangkutan dan pengendapan material tanah/ kerak bumi yang disebabkan oleh
penurunan kualitas lahan. Sedimentasi dapat menyebabkan pendangkalan sungai,
saluran-saluran irigasi, muara-muara sungai dibagian hilir, dan dapat merusak
penampang sungai.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
yang menjadi permasalahan yang bisa di angkat dari latar belakang di atas
adalah sebagai berikut.
1.Bagaimana mengatasi vegetasi
hutan maupun vegetasi penutup yang disebabkan oleh alam maupun manusia
mengakibatkan terjadinya perubahan tata guna lahan sehingga terjadi erosi lahan
yang sangat tinggi yang mengakibatkan rusaknya daerah tangkapan air dan
menghilangnya lapisan tanah atas oleh proses erosi yang melampaui ambang
toleransi.
2. Pendangkalan Teluk
Kendari akibat sedimentasi oleh sungai Wanggu
3.
Pendangkalan sungai wanggu akibat sedimentasi, menyebabkan berkurangnya
kemampuan sungai untuk menampung debit sungai pada saat musim hujan sehingga
berdampak pada banjir.
1.3
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah :
1. Penanggulangan sedimentasi pada aliran Sungai
Wanggu yang menuju teluk Kendari karena daerah tangkapan air di hulu semakin
kritis disebabkan perubahan tata guna lahan DAS Wanggu
2. Menunjang langkah
konsevasi lahan, memperlambat laju sedimen selama kegiatan konservasi lahan
berjalan.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1 Gambaran Umum DAS Wanggu
Secara
Geografis, Muara Sungai Wanggu Teluk Kendari terletak disebelah utara
pegunungan Nipa Nipa, disebelah Utara barat ada pegunungan Nanga Nanga, dan
sebelah timur ada pemukiman yang Madonga dan Wua Wua yang semuanya merupakan
dataran tinggi. Jadi jika kita lihat dari sudut pandang tertentu, lokasi ini
mirip seperti wajan penggorengan karena posisi muara sungai ini terletak
didataran rendah sedangkan daerah disekitanya berada didataran yang lebih
tinggi daripada muara sungai.
Luas Delta yang terbentuk di muara
sungai wanggu teluk kendari ini menurut LA ODE ALWI dalam disertasinya adalah
sekitar 923,4 ha, yang masih akan bertambah luas lagi karena load sediment yang
dibawa oleh sungai wanggu dan 8 anak sungainya masih relative tinggi yakni
357.810,59 ton pertahun.
1.2
Teluk
Kendari Dan Sedimentasi
Teluk kendari ini merupakan tempat
bermuara daari sekitar 10 sampai 18 Sungai. Teluk Kendari saat ini telah dalam
masa kritis karena terjadi pendangkalan besar besaran dengan laju pendangkalan
sekitar 0,207 meter pertahun. Laju pendangkalan ini adalah hasil dari sumbangan
3 sungai yang membawa sediment load terbesar yakni sungai Wanggu, Sungai
Madonga, dan Sungai Kambu yang setelah diakumulasikan jumlah load sedimennya
adalah 1.330.281 meter3 pertahun.
Sedimentasi adalah
masuknya muatan sedimen ke dalam
suatu lingkungan perairan tertentu, melalui media
air dan diendapkan didalam lingkungan
tersebut. Sedimentasi yang terjadi
di lingkungan Teluk
menjadi persoalan bila terjadi
di lokasi-lokasi yang terdapat
aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi
perairan yang dalam seperti, pelabuhan,
dan alur-alur pelayaran, atau membutuhkan
kondisi perairan yang jernih
seperti tempat wisata,
ekosistem terumbu karang.
Sedimentasi di suatu lingkungan
teluk terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang tinggi
di lingkungan teluk.
Suplai muatan sedimen yang
sangat tinggi yang menyebabkan sedimentasi
itu hanya dapat berasal
dari daratan yang
dibawa ke teluk melalui
aliran sungai. Pembukaan
lahan di daerah aliran
sungai yang meningkatkan erosi permukaan
merupakan faktor utama yang
meningkatkan suplai muatan
sedimen ke muara di teluk. Selain
itu, sedimen dalam skala yang lebih
kecil dapat terjadi
karena transportasi sedimen sepanjang teluk.
Karakteristik sedimentasi
di perairan teluk terjadi
perlahan dan berlangsung
terus menerus selama suplai muatan sedimen yang tinggi terus
berlangsung. Proses sedimentasi berlangsung terus berlangsung
selama suplai muatan sedimentasi yang banyak dari daratan masih terus terjadi.
Sedimentasi di
Teluk Kendari terus meningkat dari
tahun ke tahun,
sehingga terjadi pendangkalan, terutama
di muara Teluk Kendari
dimana telah terjadi
daratan yang membentuk delta yang mengakibatkan kelak akan
terjadi penutupan muara. Pendangkalan ini
disebabkan oleh sedimentasi dari
aliran sungai-sungai yang bermuara di teluk Kendari, terutama
sungai Wanggu yang mempunyai
peranan sebagai pembawa
sedimentasi terbesar.
Diketahui dari
hasil penelitian Balai Penelitian Daerah
Aliran Sungai (BP-DAS) Sampara menyebutkan,
dalam kurun waktu 13
tahun terakhir terjadi
pendangkalan di Teluk Kendari
seluas 101,8 hektar
dan kedalaman laut berkisar
9 meter sampai
10 meter. Luasan wilayah
teluk ini menyusut dari
semula 1.186,2 hektar
menjadi 1.084,4 hektar pada tahun
2000.
DAS
Wanggu dan delapan
DAS mikro di
sekitarnya dengan luas ±
45.377,3 ha memiliki fungsi penting dan peranan strategis
di Sulawesi Tenggara karena
bermuara di teluk Kendari dan
secara administrasi meliputi Kab. Konawe Selatan, Konawe
dan Kota Kendari
(BPDAS Sampara, 2005).
Salah satu peranannya yang
sangat vital adalah
sebagai penyangga teluk
Kendari. Teluk Kendari merupakan
pelabuhan PELNI, pelabuhan Rakyat,
pusat kegiatan latihan PODSI SULTRA dan areal penangkapan
ikan bagi nelayan kota Kendari (BPDAS Sampara,
2008). Disamping itu,
dibagian hilir terdapat
kota Kendari yang merupakan pusat
pemerintahan, pendidikan dan
perekonomian. Di bagian
hulu merupakan sumber air bersih
bagi warga di wilayah DAS Wanggu
dan air irigasi sawah seluas 3500 ha
di kecamatan Konda, Poassia dan
Ranomeeto. Di wilayah DAS ini juga
terdapat sarana Bandar udara Provinsi Sultra.
Pentingnya peranan DAS Wanggu
tersebut, perlu didukung oleh upaya
pengelolaan dan pemeliharaan fungsi DAS
dalam memelihara kelestarian fungsi hidrologi DAS, meningkatkan dan
mempertahankan produktivitas lahan
serta kelestarian teluk Kendari. Selain itu, juga
diperlukan dukungan kebijakan
penggunaan lahan alternatif
di DAS Wanggu, khususnya
penggunaan lahan dan
agroteknologi yang dapat
menjamin kelestarian ekologis, dan secara ekonomi dapat memenuhi
kebutuhan hidup layak petani dan keluarganya.
Aktivitas di sekitar DAS yang bermuara ke Teluk Kendari
secara langsung maupun tidak langsung menjadi kontributor terbesar pendangkalan
teluk. Terutama aktivitas yang tidak ramah lingkungan seperti penebangan kayu
maupun anakan kayu di hutan, pertambangan pasir, serta konversi kawasan
mangrove menjadi tambak maupun industri dan pertokoan yang secara langsung
mempercepat pendangkalan
1.3 Penaganan Terhadap Kerusakan DAS
Wanggu
Permasalahan yang
yang terjadi di
Teluk Kendari tidak terlepas
dari pengaruh wilayah
di atasnya. Dalam hal
ini maka penanganan
teluk ini harus bersama-sama antar Kota Kendari dan
Kabupaten Konawe Selatan. Untuk
itu maka penanganan teluk ini
tidak bisa hanya
didasarkan atas batas wilayah
administratif, tetapi harus
menggunakan unit wilayah DAS.
Hal ini sesuai
dengan UU No 7
Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air khususnya pasal 12 yang menyatakan bahwa
Pengelolaan air permukaan
didasarkan pada wilayah
sungai. Wilayah sungai adalah
kesatuan wilayah pengelolaan sumber
daya air dalam
satu atau lebih daerah
aliran sungai (DAS).
Teluk merupakan salah satu
dari sumber daya
air. Konsep dasarnya adalah kondisi, pengelolaan dan pengembangan suatu
teluk tidak terlepas
dari pengaruh daerah atasnya.
Selain itu juga didasarkan atas pemikiran bahwa secara
emperis, terdapat keterkaitan ekologi (hubungan fungsional) antara kawasan teluk
dengan daratan (lahan atas).
Upaya Rehabilitasi
Hutan dan Lahan telah dilaksanakan namun hasilnya belum sebagaimana yang
diharapkan, maka untuk itu upaya ini terus dilakukan sampai sekarang dengan
berbagai pola dan tekhnis kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan harapan
laju degradasi hutan dan lahan dapat diminimalkan. Sejalan dengan upaya
Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang terus digalakan melalui tahapan kegiatan
perencanaan, pelaksanaan baik pembinaan, monitoring dan evaluasi diperlukan
ketersediaan data dan informasi yang akurat, tepat waktu konsisten dan lengkap
sebagai bahan pengendalian dan penetapan kebijakan lebih lanjut.
Selain itu, pengeloaan
DAS Wanggu ini bukan sekedar hanya tanggungjawab dari birokrasi yang bersanggkutan
saja akan tetapi menjadi tugas bersama. Diperlukan kerja sama yang baik dari masyarakat,
sehingga semua yang berkaitan dengan pengelolaan DAS bisa terlaksana dengan
baik dan sesuai dengan harapan yakni terciptanya DAS yang lestari dan membawa kesejahteraan
bagi masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam
pengelolaan DAS Wanggu harus di perlukan konsep yang sangat matang. Oleh karena
itu kerjasama yang baik antara birokrsi, pemerintah dan masyarakat harus di
jadikan landasan utama dalam pengelolaanya. Penyebab kerusakan DAS Wanggu bukan
semata-mata karena akibat dari masyrakat
yang merusak hutan, akan tetapi kurangnya perhatian pemerintah terhadap
masyrakat yang berada di sekitar DAS Wanggu. Sehingga menurut penulis Pengelolaan
DAS berbasis masyrakat perlu di terpakan untuk permasalahan ini.